Kamis, 31 Mei 2012

Makalah Macam-macam Cacing

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakitini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
B.    Rumusan Masalah
     Macam – macam cacing
     Siklus hidup cacing
     Gejala terkena cacing
     Diagnosa cacing
     Obat-obat cacing
     Cara Pencegahan cacing
C.    Tujuan
Memahami Pengertian cacing, siklus hidup, cara penularan, penyebab dan bagaimana cara pengobatan penderita cacing pada umumnya. Serta berusaha sebaik mungkin untuk mencegah terinfeksi cacing.
D.    Metode pengumpulan data
Data-data penunjang makalh ini diperoleh dari buku-buku mikrobiologi yang menjelaskan tentang cacing serta dari Internet.
BAB II
PEMBAHASAN

1.    Macam –macam cacing
1.1    Cacing tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32 Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
1.2    Cacing tambang
Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki.Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen.
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larvarabditif orm. Dalam waktu sekitar 3 hari l a rva tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40mi kron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larvaikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.

1.3    Cacing pita
Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
•    Cacing pita sapi (Taenia sagita)
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.
•    Cacing pita babi (Taenia solium)
Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup hampir sama, namun inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging babi berisi kista Taenia solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi lebih berbahaya. Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk kista di daging sapi, Taenia solium juga mengembangkan kista di tubuh manusia yang menelan telurnya. Kista tersebut dapat terbentuk di mata, otak atau otot sehingga menyebabkan masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit itu, garam kalsium yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang juga mengganggu kesehatan.
•    Cacing pita ikan
Infeksi Cacing Pita Ikan (Difilobatriasis) merupakan infeksi usus karena cacing pita dewasa Diphyllobothrium latum.
Infeksi ini banyak ditemukan di Eropa (terutama Skandinavia), Jepang, Afrika, Amerika Selatan, Kanada dan Amerika (terutama Alaska dan daerah Great Lake). Infeksi sering terjadi akibat memakan ikan air tawar mentah atau dimasak belum matang betul.
Cacing pita dewasa dinamakan Diphyllobothrium latum.
Cacing dewasa memiliki beribu-ribu proglotid (bagian yang mengandung telur) dan panjangnya sampai 450-900 cm. Telurnya dikeluarkan dari proglotid di dalam usus dan dibuang melalui tinja. Telur akan mengeram dalam air tawar dan menghasilkan embrio, yang akan termakan oleh krustasea (binatang berkulit keras seperti udang, kepiting). Selanjutnya krustasea dimakan oleh ikan. Manusia terinfeksi bila memakan ikan air tawar terinfeksi yang mentah atau yang dimasak belum sampai matang.
1.4    Cacing Pipih
Tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Bila planaria berada pada permukaan substrat/tanah mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan bergerak maju di atas lendir ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di dalam air dapat berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang. Dengan demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan secara aktif.
1.5    Cacing Filaria
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria. Pernahkah Anda mendengar penyakit kaki gajah (elephantiasis). Terlihat kaki penderita menjadi bengkak, mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
1.6    Cacing Kremi
Cacing yang memegang peranan disini adalah Enterobius vermikularis yang sering banget terjadi pada anak kecil. Cacing dewasa akan tinggal di usus besar. Cacing betina yang akan bertelur meninggalkan usus besar menuju anus yang merupakan tempat bertelur yang paling ideal. Saat inilah si anak akan menangis karena lubang anusnya gatal. Secara kasat mata, cacing ini akan terlihat sebesar parutan kelapa disekitar lubang anus. Transmisi cacing ini seperti halnya cacing perut masuk langsung melalui mulut baik dengan perantara makanan maupun dimasukan secara tidak sengaja oleh penderita yang habis menggaruk lubang anusnya yang gatal. Sehingga pada anak anak sering terjadi reinfeksi akibat tindakan itu.
1.7    Cacing Gelang
Biasanya disebabkan oleh keluarga cacing Askaris lumbricoides yang merupakan cacing yang paling sering menginfeksi manusia. Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia bagian atas, dan melepaskan telurnya di dalam kotoran manusia. Infeksi pada manusia terjadi melalui jalan makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung telur cacing. Telur yang tertelan akan mengeluarkan larva. Larva ini akan menembus dinding usus masuk ke aliran darah yang akhirnya sampai ke paru paru lalu akan dibatukan keluar dan ditelan kembali ke usus. Penyulit yang timbul dari infeksi ini antara lain anemia, obstruksi saluran empedu, radang pankreas dan usus buntu.

1.8    Cacing Cambuk
Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.
1.9. Cacing jantung
Cacing jantung atau nama ilmiahnya Dirofilaria immitis merupakan penyakit serius bagi anjing dan kucing dan sering kali membawa maut bila tak dirawat. Cacing yang disebar melalui vektor nyamuk Anopheles, tinggal di dalam arteri pulmonari menyebabkan kerusakan kepada jantung dan paru-paru.
Obat kelas avermectin digunakan secara meluas untuk mencegah penularan, tetapi American Heartworm Society memperkirakan sekitar 27 juta anjing di Amerika Serikat tidak dirawat.Kasus Dirofilaria immitis dijumpai di seluruh negara bagian di AS dan survey yang dilakukan oleh para dokter hewan pada 2002 melaporkan 244.000 kasus menunjukkan positif untuk uji cacing jantung (heartworm).
2.    Siklus hidup cacing
2.1 Siklus hidup cacing tanah
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang telah berlangsung selama sekitar 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Selain itu telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein dan pameran beberapa aktivitas biologis sebagai berikut: cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.
Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanahSetelah itu diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidinsLumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida Eisenia cacing tanah. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti.
2.2 Siklus hidup cacing tambang
    Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri di dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan perdarahan di usus yang ditempati.
    Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur.
    Infeksi cacing tambang biasanya tidak memberikan gejala spesifik. Anemia (kekurangan darah) dan keluhan terkait peradangan usus  seperti mual, sakit perut dan diare adalah beberapa gejala yang mungkin timbul.
2.3 siklus hidup cacing kremi
    Telur cacing kremi dapat menempel pada tangan Anda melalui kotoran manusia. Ketika tangan Anda yang tercemar masuk ke mulut Anda, telur dapat masuk ke dalam tubuh, menetas dalam usus kecil dan bergerak turun ke usus besar. Di sana cacing  kremi melekat pada dinding usus dan makan. Ketika mereka siap bertelur, cacing pindah dan bertelur pada kulit berlipat di sekitar dubur. Saat itulah Anda mungkin curiga terkena cacingan karena merasakan gatal-gatal di sekitar anus (pruritus) yang biasanya lebih intens di malam hari. Dibutuhkan waktu sekitar satu bulan dari menelan telur cacing ke merasakan gatal-gatal di anus. Cacing kremi dewasa berukuran 3-10 mm sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang.
    Telur cacing kremi dapat bertahan hidup hingga tiga minggu. Karena bentuknya yang sangat kecil, Anda tidak dapat melihatnya sehingga bisa tanpa sengaja tertulari ketika menggunakan baju, kasur, bantal, mainan anak, uang kertas, peralatan makan, atau peralatan mandi/toilet.
    Untuk memastikan apakah gatal-gatal disebabkan oleh cacing kremi, Anda dapat meletakkan sepotong selotip di anus. Semua cacing atau telur akan menempel ke selotip. Lalu bawalah selotip itu ke dokter untuk diperiksa.
2.4 Siklus hidup cacing pita
    Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan induk semang definitif. Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif bersama-sama feses manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfe berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu. Otot yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.
Infeksi Taenia dikenal dengan istilah Taeniasis dan Sistiserkosis. Taeniasis adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun sebaliknya. Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium atau dikenal dengan cacing pita babi. sementara Taenia saginata dikenal juga sebagai cacing pita sapi.
Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing Taenia solium (cacing pita babi). Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia. Sedangkan kemampuan Taenia asiatica dalam
Siklus hidup Taenia saginata:
    Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan.
    Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut ringan sampai sedang (mual, sakit, dll).
2.5 Siklus hidup cacing cambuk
    Manusia terinfeksi  karena memakan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari.  Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
2.6 Siklus hidup cacing filaria
    Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
2.7 Siklus hidup cacing pipih
    Tubuh planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina. Filum ini terdiri atas 6000 spesies yang digolongkan menjadi tiga kelas.
1.    kelas Turbellaria
Semua cacing berambut getar yang termasuk tubellaria hidup secara bebas. Sebagian besar hewan yang termasuk mempunyai susunan tubuh yang sederhana. Cacing-cacing ini dapat kita temukan pada tanah-tanah lembab dan juga di perairan baik asin maupun tawar.
2.    kelas Trematoda
Semua anggota kelas ini hidup secara parasit. Cacing menghisap makanan dari inang dengan mempergunakan batil penghisap yang terdapat di permukaan ventral. Kebanyakan larva dari cacing ynag termasuk termatroda hidup secara parasit. Inang yang ditumpangi larva berbeda dengan inang yang ditumpangi cacing dewasa. Inang dari larva biasanya siput-siputan. Cacing hati merupakan parasit yang berbahaya bagi domba dan lembu. Schistosoma dan cacing paru-paru merupakan parasit yang berbahaya bagi manusia yang hidup di daerah tropis.
3.    kelas Cestoda
Cestoda atau cacing pita juga hidup secara parasit. Cacing pita dewasa hidup di dalam usus inang dan menghisap sari makanan. Bentuk Cestoda seperti pita terdiri dari untaian progtogled masing progtogled hidup sendiri. Untaian progtogled dapat mencapai panjang lebih dari 30 meter.
Dalam siklus hidupnya sebagian besar cacing pita membutuhkan dua atau lebih inang. Kalau daging yang mengandung cacing pita tidak dimasak sempurna kemudian termakan oleh orang, maka orang tersebut akan terserang cacing pita. Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan dan indra. Dalam evolusi mungkin hewan ini hasil perkembangan dari cacing pita yang hidup secara bebas. Dalam proses perkembangannya, alat pencernaan dan alat indera tidak lagi sesuai dengan cara hidup parasit.
3.    Gejala terkena cacing
Secara umum gejala yang terjadi apabila seseorang mengalami kecacingan adalah:
Pantat gatal, merupakan salah satu gejala untuk jenis cacing Enterobius vermicularis. Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang anus, biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya di daerah peri-anal (sekeliling anus). Dengan menggunakan selotip, contoh telur-telur dapat diambil dan dapat dilihat dengan bantuan mikroskop untuk diagnosa.

3.1 Cacing Tambang
Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species cacing : seekorA. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih banyak darah;
(3) lamanyainfeksi. Terjadinya anemia tergantung pada keseimbanganzat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadapinfeksi parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapafaktor, antaza lain umur,"wormload," lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita. Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :
I. Infeksi ringan dengan kehilangan darahyang dapat diatasi tanpa gejala, walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit lain.
II.infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah, fisik dan mentaI kurang baik.
III.infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaanfisik buruk dan payah jantung dengan segala akibatnya.
Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.
Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada anak- anak. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:11).
3.2 Cacing Kremi
Gejalanya berupa:
1.    Rasa gatal hebat di sekitar anus
2.    Rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)
3.    Kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya di sana)
4.    Nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)
5.    Rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)
6.    Kulit di sekitar anus menjadi lecet, kasar, atau terjadi infeksi (akibat penggaruka

3.3 Cacing gelang
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
    Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
3.4 Cacing pita
    Cacing pita Taenia dapat menimbulkan penyakit yang disebut taeniasis dan sistiserkosis. Gejala klinis terbanyak yang dikeluhkan adalah:
•    Pengeluaran segmen tubuh cacing dalam fesesnya (95%)
•    Gatal-gatal pada anus (77%)
•    Mual (46%)
•    Pusing (42%)
•    Peningkatan nafsu makan (30%)
•    Sakit kepala (26%)
•    Diare (18%)
•    Lemah (17%)
•    Merasa lapar (16%)
•    Sembelit (11%)
•    Penurunan berat badan (6%)
•    Rasa tidak enak di lambung (5%)
•    Letih (4%)
•    Muntah (4%)
•    Tidak ada selera makan saat lapar (1%)
•    Pegal-pegal pada otot (1%)
•    Nyeri di perut, mengantuk, serta kejang-kejang, gelisah, gatal-gatal di kulit dan gangguan pernafasan (masing-masing <1%).
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan lokasi parasit dalam tubuh. Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut neurosistiserkosis), mata, otot dan lapisan bawah kulit.
Cacing pita babi gejalanya
    Infeksi oleh cacing dewasa biasanya tidak menyebabkan gejala. Infeksi yang berat oleh kista bisa menyebabkan nyeri otot, lemah dan demam. Bila infeksi sampai ke otak dan selaputnya, bisa menimbulkan peradangan, dan bisa terjadi kejang.
Cacing pita ikan gejalanya
Infeksi biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun beberapa penderita mengalami gangguan usus yang ringan.Kadang cacing pita menyebabkan anemia.
4.    Diagnosa Cacing
4.1 Cacing Pita
Pada infeksi cacing dewasa, telur bisa ditemukan disekeliling dubur atau di dalam tinja. Proglotid atau kepala cacing harus ditemukan di dalam tinja dan diperiksa dengan mikroskop untuk membedakannya dari cacing pita lainnya. Kista hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa dilihat dengan CT atau MRI. Kadang-kadang kista bisa ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dari jaringan yang diambil dari bintil di kulit. Juga bisa dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap parasit.

4.2 Cacing Kremi
Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.
5.    Pengobatan cacing
5.1 Cacing kremi
    Infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya.
Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus sebanyak 2-3 kali/hari.
Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.
5.2 Cacing Gelang
    Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, aspirin, paracetamol, decolgen.
Pada umumnya, askariasis memiliki prognosis yang baik. Kesembuhan askariasis mencapai 700 hingga 999%.

5.3 Cacing Pita
    Pengendalian cacing pita Taenia dapat dilakukan dengan memutuskan siklus hidupnya. Pemutusan siklus hidup cacing Taenia sebagai agen penyebab penyakit dapat dilakukan melalui diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita yang terinfeksi. Beberapa obat cacing yang dapat digunakan yaitu Atabrin, Librax dan Niclosamide  dan Praziquantel. Sedangkan untuk mengobati sistiserkosis dapat digunakan Albendazole dan Dexamethasone. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi oleh Taenia ke manusia maupun hewan diperlukan peningkatan daya tahan tubuh inang. Hal ini dapat dilakukan melalui vaksinasi pada ternak, terutama babi di daerah endemis taeniasis/sistiserkosis serta peningkatan kualitas dan kecukupan gizi pada manusia.
6.    Cara pencegahan terkena cacing
Cacingan bisa dicegah dengan mencuci badan, terutama tangan dan kaki dengan air dan sabun dengan bersih.
Saat salah satu anggota keluarga terkena cacingan, maka semua orang di rumah harus dirawat. Seprai, handuk dan pakaian yang dipakai pada dua hari sebelumnya harus dicuci dengan dengan air hangat dan detergen.
* Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
* Masak bahan makanan sampai matang
* Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang makanan
* Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
* Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.







BAB III
PENUTUP


1.    Kesimpulan
Makalah ini menjelaskan tentang macam-macam cacing yaitu cacing tanah, cacing tambang, cacing kremi, cacing pita, cacing pipih dll. Dan dalam makalah ini juga dijelaskan siklus hidup cacing, serta pencegahan yang di lakukan untuk terhindar dari penyakit cacing.
 Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Daur hidup cacing adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larvar abditif orm. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Gejalanya adalah Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.penularanmelalui larva cacing yang terdapat di tanah yangmenembus kulit, Pengobatan dengan anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat.
    Upaya pencegahan dan penanggulangan harus terus dilakukan agar terhindar dari permasalahan kecacingan , hal ini penting agar permasalahan kecacingan dan dampaknya terhadap tumbuh kembang misalnya anak-anak seperti kurang gizi dapat dicegah.

2.    Saran
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuciber sih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
5. Bila sudah terjadi infeksi cacing tambang maka penderita harus segera di beri obat cacingan atau segera di bawa ke dokter untuk tindakan lebih lanjut

LAMPIRAN

Cacing Tanah    Cacing Tambang



   


Cacing Gelang    Cacing Pita







Cacing Kremi    Cacing Cambuk






Cacing Filaria    Cacing Askariasis






DAFTAR PUSTAKA


http://turunberatbadan.com/1186/penyebab-cacingan/
http://www.arali2008.wordfres.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing_tambang
 http://www.scribd.com/search?cat=cacing+tambang&sq=Search#913
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2008/12/cacing-cacing-yang-berkeliaran-di-tubuh.html
Drs.tan Hoan Tjay dan Drs kirana Rahardja, 2007,obat-obat penting, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.
Gandahusada, Srisasi, Prof. dr. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah:Ascaris lumbricoides. Jakarta:Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/jenis-jenis_cacing
http://id.wikipedia.org/wiki/cacing-pipih dan cacing_tambang
28 October 2010 Kategori: Kesehatan Anak, Pencernaan, 5 Jenis Cacing Penyebab Cacingan
^ NSWHealth.Penyakit menular anak-anak.http://www.health.nsw.gov.au/mhcs/publication_pdfs/5980/DOH-5980-IND.pdf : Januari 2002

Sanitasi Air

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang sehat, sejahtera dan damai. Hampir 50 persen rumah tangga di wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia kekurangan layanan-layanan dasar seperti ini. Sistem air bersih dan sanitasi yang baik akan menghasilkan manfaat ekonomi, melindungi lingkungan hidup, dan vital bagi kesehatan manusia.
Masyarakat tidak selalu menyadari pentingnya kebersihan. Praktik-praktik kebersihan yang ada seringkali tidak kondusif bagi kesehatan yang baik, dan kakus tidak dipelihara atau digunakan dengan baik. Tingginya angka kejadian diare, penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit-penyakit lain yang berasal dari air di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah tetap menjadi halangan yang seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan kesehatan anak secara umum. Selain akses yang buruk terhadap air bersih, kegagalan untuk mendorong perubahan perilaku—khususnya di kalangan keluarga berpenghasilan rendah dan penduduk di daerah kumuh—telah memperburuk situasi air bersih dan sanitasi di Indonesia.
Sanitasi yang buruk juga menjadi penyumbang signifikan dari polusi air—yang menambah biaya air yang aman bagi rumah tangga, dan menurunkan produksi perikanan di sungai dan danau Tahun 2006, Indonesia kehilangan 2,3 persen produk domestik bruto yang disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan yang buruk.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Apa itu sanitasi?
2.      Apa hubungan sanitasi dengan air?
3.    Bagaimana upaya-upaya sanitasi air bersih?
4.    Darimana sumber-sumber air bersih?
5.    Bagaimana pengolahan air yang baik?





1.3       Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang kami buat ini adalah :
1.      Agar kita mengetahui apa itu sanitasi,
2.      Agar kita mengetahui dampak pencemaran air,
3.      Agar kita mengetahui hubungan sanitasi dengan air bersih.
4.    Agar kita mengetahui sumber-sumber air bersih

1.4    Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Kita mampu menjaga kebersihan air
2.      Kita tidak mencemari air






BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian
2.1.1    Sanitasi
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Definisi sanitasi menurut beberapa ahli, yaitu:
1)     Menurut Dr.Azrul Azwar. MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor  lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
2)     Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap factor-faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.
3)     Menurut Ehler dan Steel (1958) sanitasi adalah usaha pencegahan Penyakit, dengan pemindahan penyakit.
4)     Sedangkan batasan WHO, yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan adalah usaha pengawasan terhadap lingkungan fisik manusia yang dapat atau mungkin dapat memberikan akibat yang merugikan kesehatan jasmani, dan kelangsungan hidupya.

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan:
1.          Kesehatan
Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.





2.         Penggunaan air
Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
 3.    Penggunaan ulang air.
Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.

2.1.2    Air Bersih
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain. Khususnya manusia, manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55 – 60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak – anak sekitar 65 % , dan untuk bayi sebesar 80 %.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci ( bermacam – macam cucian ) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO dinegara – negara maju tiap orang memerlukan air antara 60 – 120 liter per hari. Sedangkan dinegara – negara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 – 60 liter per hari.
Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Air yang tidak tercemar, didefinisikan sebagai air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan.


2.2    Persyaratan Air Bersih
Air selain merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, juga dapat menjadi sarana penyebaran penyakit ataupun keracunan. Air bersih yang sehat harus memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan No. : 416/MENKES/PER/IX/1990.
Adapun persyaratan air bersih sbb.:
1.    Syarat Fisik
-     Jernih
 -    Tidak berwarna
 -    Tidak berasa
 -    Tidak berbau
 -    Temperatur tidak melebihi suhu udara.
2.     Syarat Kimia
-     Tidak mengandung unsur kimia yang bersifat racun.
-     Tidak mengandung zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.
3.    Syarat Bakteriologis :
Tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, bakteri E. coli.
    Ketentuan    :     Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
4.     Syarat Radio aktif :
Tidak mengandung sinar alfa, sinar gamma

2.3    Sumber – sumber air
    Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber – sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut :










Keterangan :
1.    Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum. Tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
2.    dan 3. Air sungai dan Danau ( Air Permukaan)
Menurut asalnya sebagia dari air sungan dan air danau ini juga dari air hujan yang mengalir melalui saluran – saluran kedalam sungai atau danau ini. Oleh karena air sungan dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.
4.    Mata Air
Air yang keluar dari mata air biasanya keluar dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu air dari mata air ini, bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar, maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
5.    Air sumur dangkal
Air ini keluar dari dalam tanah, maka juga disebut air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda – beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu sebelum diminum.
6.    Air Sumur Dalam
Air ini berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dal;amnya dari permukaan tanah biasanya diatas 15 meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung ( tanpa melalui pengolahan ).

2.4    Pencemaran Air
    Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan. Fenomena alam seperti gunung berapi, algae blooms, badai, dan gempa bumi juga menyebabkan perubahan besar dalam kualitas air dan status ekologi air.

Pencemaran air dapat di sebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1.       Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
2.    Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
3.    Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
4.    Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai citarum
5.    Pencemaran air oleh sampah.

Akibat yang dapat di timbulkan dari pencemaran air adalah:
a.    dapat menyebabkan banjir
b.    erosi
c.    kekurangan sumber air
d.    dapat membuat sumber penyakit
e.    tanah Longsor
f.    dapat merusak ekosistem sungai
g.    kerugian untuk nelayan.

Dengan adanya pemberdayaan hidup bersih dapat memberikan air yan bersih dan hidup yang sehat bagi masyarakat, salah satu cara agar pemberdayaan hidup bersih dapat di lakukan dengan cara pengadaan WC umum bagi masyarakat, mengelola.

2.5    Penyakit - penyakit
1.     Penyakit melalui air
Ditularkan melalui air dan menularkan kedalam manusia, seperti : Kholera, dysentri, typhoid dan hepatitis.
2.    Penyakit parasit :
Ditularkan oleh organisme patogen yang menjalani siklus hidupnya dalam air, seperti penyakit cacing/scehhistorosomiasis.


3.    Penyakit karena serangga :
Artinya ditularkan melalui serangga yang menggunakan air untuk bertelur dan berkembang biak, seperti : Penyakit Demam berdarah.

2.6    Penyebab Buruknya Kualitas Air dan Sanitasi di Indonesia
    Ada dua masalah pokok yang menyebabkan buruknya kualitas air di Indonesia :
1.    Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Masih banyak penduduk Indonesia yang buang air besar sembarangan tentu menyebabkan buruknya kualitas air di Indonesia terutama pada sumber-sumber air yang seharusnya menjadi sumber penghidupan warga. Dengan tingkat populasi yang tinggi, namun kesadaran akan lingkungan yang rendah semakin memperparah kondisi tersebut. Masyarakat Indonesia masih sering membuang limbah rumah tangga, sampah, dst. Padahal sungai-sungai itulah yang menjadi sumber penghidupan mereka. Belum juga eksploitasi air tanah untuk kepentingan fasilitas hotel, apartemen, dan perkantoran yang menyebabkan semakin berkurangnya debit air bersih.
2.    Rendahnya alokasi APBD tiap daerah yang digunakan untuk memperbaiki layanan air bersih dan sanitasi.
Berdasarkan data dari Dirjen Bina Pembangunan Daerah Kementrian Dalam Negeri, pada tahun 2010 yang lalu, rata-rata alokasi belanja sanitasi seluruh kota dan kabupaten di Indonesia masih di angka 1,5% dari total belanja APBD. Dibandingkan pada saat tahun 2006 yang alokasi rata-ratanya hanya 0.5%, hal itu tentu mengalami kenaikan yang signifikan. Namun, berkaca dari kondisi Indonesia saat ini, hal itu tentu jauh dari kata layak, karena kondisi sanitasi dan air bersih di Indonesia telah mencapai taraf yang sangat memprihatinkan.

Ada 3 langkah strategis yang harus diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah air bersih dan sanitasi :
1.    Pemerintah terus menggalakkan upaya penumbuhan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya melalui program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
PHBS mengupayakan untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sasaran penyuluhan program ini adalah kelas IV dan V SD/sederajat. Namun, perlu digarisbawahi, bahwa hendaknya penyuluhan tentang PHBS sebaiknya lebih dimulai dari dini. Bahkan sejak taman kanak-kanak, pemerintah harus memberikan penyuluhan juga. Mulai dari hal-hal kecil seperti mencuci tangan sebelum makan, gosok gigi dua kali sehari, dan lainnya. Sehingga, penanaman perilaku hidup sehat dapat teraplikasikan sejak anak didik berada di pendidikan dasar.
PHBS seharusnya juga tidak hanya diberikan kepada anak-anak. Orang tua pun juga perlu diberi pengetahuan tentang ini. Sebab, orang tua-lah yang membentuk pribadi dan perilaku anak tersebut. Secara tidak langsung, orang tua juga menjadi pengawas bagi anak saat di rumah, apakah anak tersebut mampu melaksanakan perilaku hidup sehat ataukah tidak.
2.    Menaikkan anggaran untuk meningkatkan fasilitas untuk mengakses air bersih serta sanitasi yang layak.
3.    Pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga internasional yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya lembaga PBB, seperti WHO atau World Health Organization.

2.7    Upaya – upaya Sanitasi Air
1.    Sadar akan kelangsungan ketersediaan air dengan tidak merusak atau mengeksploitasi sumber mata air agar tidak tercemar.
2.    Tidak membuang sampah ke sungai.
3.    Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
4.    Melakukan penyaringan limbah pabrik sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air sungai bukanlah limbah jahat perusak ekosistem.
5.    Melakukan penanaman pohon.
6.    Tidak melakukan kegiatan rumah tangga seperti MCK di sungai atau di dekat sumber air lainnya.
7.    Membuat sumur resapan
    Sumur resapan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur serapan berfungsi untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah dan kembali ke siklus air yang semestinya sehingga tidak menggenang di permukaan.

   
   
   












Gambar 1.2 Sumur Resapan

Pengolahan Air Minum Secara Sederhana
1.    Secara Alamiah
Penyimpanan ( Storage ) dari air yang diperoleh dari berbagai sumber seperti air danau, air kali, air sumur dan sebagainya.
Caranya : Air disimpan dan dibiarkan beberapa jam ditempatnya. Kemudian akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat di dalam air, dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan jernih.
2.    Dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk, dan pasir.















Gambar 1.3 Penyaring Air
3.    Pengolahan Air dengan menambahkan zat kimia
    Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam, yakni zat kima yang berfungsi untuk koagulasi, dan akhirnya mempercepat pengendapan, ( misalnya tawas). Zat kimia yang keduaadalah berfungsi untuk menyucihamakan atau membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air ( misalnya chlor).
4.     Pengolahan Air Dengan mengalirkan Udara
    Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, menghilangkan gas – gas yang tidak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.
5.    Pengolahan Air Dengan Memanaskan Sampai Mendidih
    Tujuannya untuk membunuh kuman – kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga

BAB III
PENUTUP

3.1.     Kesimpulan
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain. Khususnya manusia, manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis dan radioaktif. Untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan tersebut diperlukan adanya sanitasi.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Namun pada kenyataannya masih banyak penduduk Indonesia yang belum sepenuhnya melakukan upaya sanitasi ini.
      Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

3.2.     Saran
1.    Agar air bersih dapat diperoleh secara merata oleh seluruh masyarakat, maka pengadaan  sarana sanitasi sangat di perlukan, seperti pengadaan WC umum, pembiasaan hidup bersih (cuci tangan sebelum makan, dan mandi setip 2x sehari.
2.      Agar pencemaran air tidak terjadi lagi, masyarakat harus mampu mengolah limbah dengan  baik dan membuang sampah pada tempatnya karena salah satu bentuk pencemaran air adalah membuang sampah di sungai.
3.    Pemerintah dalam hal ini harus lebih intensif dalam memberikan penyuluhan mengenai air bersih serta sanitasinya.





Rute Pemberian Obat



I.     TUJUAN PERCOBAAN
    Mengenal dan menguasai tekhnik pemberian obat dalam berbagai rute pemberian obat.
    Melihat pengaruh rute pemberian obat terhadap efek yang ditimbulkannya
    Menyatakan onset of action obat berdasarkan rute yang diberikan.
II.    PRINSIP PERCOBAAN
    Rute pemberian obat yang berbeda akan mempengaruhi Onset of Action, Intensitas dan Duration of Action.
III.    TEORI
    Defenisi
    Obat adalah zat kimia baik dari nabati, hewani maupun mineral dengan dosis layak yang dapat menyembuhkan, meringankan dan menghilangkan penyakit atau gejala-gejalanya serta dapat pula mendiagnosa suatu penyakit.
    Cara pemberian obat yang berbeda-beda melibatkan proses absorbsi obat yang berbeda-beda pula. Proses absorbsi merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses absorbsi akan mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.
Pemberian sediaan obat dapat dilakunkan  melalui dua rute utama yaitu:
Parenteral : intravena, intraarteri, intramuscular, intraperitonial
Nonparenteral : peroral

    Gol Obat
    Luminal Natrium (Phenobarbitalium Natricum) = C12H11N2NaO3
    BM Luminal Natricum = 254,22
    Pemerian hablur berlapis atau hablur berbentuk granul, putih atau serbuk putih; higroskopik; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan terurai bila dibiarkan
    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.

    Diazepam     =   C16H13ClN2O
    BM Diazepam = 284,75
    Pemerian Serbuk hablur, hampir putih sampai kuning, praktis tidak berbau
    Kelarutan praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam kloroform, larut dalam etanol

    Mekanisme kerja
    Mekanisme Kerja Phenobarbital yaitu membatasi penjalaran aktivitas dan bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital merupakan obat pilihan utama untuk terapi kejang dan kejang demam pada anak.
    Interaksi fenobarbital dengan obat lain umumnya terjadi karena fenobarbital meningkatkan aktivitas enzim mikrosom hati.
    Diazepam bekerja di semua sinaps GABA, tapi kerjanya dalam mengurangi spastisitas sebagian dimediasi di medula spinalis. Karena itu diazepam dapat digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja, termasuk trauma otot lokal.

    Indikasi
Sebagai Antidote dan Antikejang bagi penderita keracunan ester, asam pospat, keracunan hasyis dan keracunan CO2

    Kontraindikasi
Bagi wanita hamil karena dapat meracuni janin

    Efek samping
Luminal = Menyebabkan sedasi, psikosis akut, dan agitasi
Diazepam = Obstruksi saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Defresi nafas sampai henti napas, hipotensi, henti jantung dan kantuk.

    Dosis
Luminal =   Dosis Dewasa = 120-250 mg 
            Dosis Anak     = 30-100 mg
Diazepam = 5 – 10 mg

    Cara pemberian
Secara Oral, Injeksi IV dan secara rectal
IV.    METODE PERCOBAAN
    Alat – Alat
    Oral needle    1 buah
    Jarum Suntik 1 ml    2 buah
    Beaker glass 50 ml    1 buah
    Erlenmeyer 50 ml    1 buah
    Timbangan hewan

    Bahan
    Larutan luminal Na 0,4% ( dosis 20 dan 40 mg/Kg BB)
    Larutan Diazapam 10 mg/2 ml ( dosis 3 dan 4 mg / kg BB)
    Aquades 1 %

    Cara Kerja
    Mencit di timbang masing – masing beratnya, catat dan diberi tanda kemudian dihitung dosis pemberiannya.
    Mencit I dan Mencit II diberikan larutan Luminal Na dengan dosis 20 mg/Kg BB, masing-masingnya secara oral dan intra paritonial.
    Mencit III dan Mencit IV diberikan larutan luminal Na dengan dosis 40 mg/Kg BB, masing – masingnya secara oral dan intra peritonial.
    Mencit V dan Mencit VI diberikan aquadest 1 % BB secara oral dan intraperitonial.
    Setelah pemberian obat tersebut, amati tingkah laku mencit dan dicatat perubahannya setiap 5 menit sekali antara lain:
    Aktifitas Normal
    Garuk-garuk
    Diam
    Tidur

    Perhitungan Dosis

*  Berat Mencit I = 23,84 gram
Dosis Luminal Na  20 mg/Kg BB
Konsentrasi larutan Luminal Na 0,4%  0,4 gram x 100 ml  4 mg/ml
Volume Luminal Na yang diambil     (20mg/1000gr  x 23,84gr)/(4mg/ml) = 0,4768mg/(4mg/ml) = 0,1192 ml  0,12 ml

*    Berat Mencit II = 23,65 gram
 Dosis Luminal Na  20 mg/Kg BB
Konsentrasi larutan Luminal Na 0,4%  0,4 gram x 100 ml  4 mg/ml
Volume Luminal Na yang diambil   (20mg/1000gr  x 23,65gr)/(4mg/ml) = 0,473mg/(4mg/ml) = 0,11825 ml  0,12 ml  

*    Berat Mencit III = 23,90 gram
 Dosis Luminal Na  40 mg/Kg BB
Konsentrasi larutan Luminal Na 0,4%  0,4 gram x 100 ml  4 mg/ml
Volume Luminal Na yang diambil   (40mg/1000gr  x 23,90gr)/(4mg/ml) = 0,956mg/(4mg/ml) = 0,239 ml  0,24 ml 

*    Berat Mencit IV = 34,41 gram
 Dosis Luminal Na  40 mg/Kg BB
Konsentrasi larutan Luminal Na 0,4%  0,4 gram x 100 ml  4 mg/ml
Volume Luminal Na yang diambil   (40mg/1000gr  x 34,41gr)/(4mg/ml) = 1,3764mg/(4mg/ml) = 0,3441 ml  0,34 ml 

*    Berat Mencit V = 26,50 gram
 Aquadest 1 % /BB
Volume Aquadest yang diambil   1/100  x 26,50gr=0,265ml  0,3 ml

*    Berat Mencit VI = 21,11 gram
 Aquadest 1 % /BB
Volume Aquadest yang diambil   1/100  x 21,11gr=0,2111ml  0,2 ml