BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.) adalah tanaman perdu tahunan suku Malvaceae yang berasal dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis dan subtropis. Pada umumnya tinggi tanaman ± 3 meter.. Di
daerah tropis atau di rumah kaca tanaman berbunga sepanjang tahun, sedangkan
di daerah subtropis berbunga mulai dari musim panas hingga musim gugur.
2.1.1 Nama Lain dan Nama Daerah
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) bukan
tanaman asli Indonesia tetapi ada tumbuh di Indonesia. Bunga ini ditetapkan
sebagai bunga nasional Malaysia pada tanggal 28 Juli1960. Di Indonesia sendiri nama tanaman ini berbeda-beda
sesuai dengan daerahnya, contoh:
·
Aceh : Bungong
roja
·
Batak Karo : Bunga-bunga
·
Nias :
Soma-soma
·
Mentawai : Bekeju
·
Sunda : Kembang
wera
·
Madura : Bunga
rebong
·
Bali : Waribang
·
Nusa Tenggara : Sangir
·
Gorontalo : Ulange
·
Bugis : Bunga
bisu
·
Ternate : Ubu-ubu
·
Tidore : Bala
bunga
2.1.2 Sistematika Tumbuhan
Sistematika
tumbuhan kembang sepatu:
Divisi :Spermatophyta
Sub
Divisi : Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L.
2.1.3 Morfologi tumbuhan
Bunga
sepatu merupakan tanaman perdu tahunan, tegak, tinggi ± 3m. Batang: bulat, berkayu,
keras, diameter ± 9 cm, masih muda ungu setelah tua putih kotor. Daun: tunggal,
tepi beringgit, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16 cm, lebar 5-11 cm,
hijau muda, hijau. Bunga: tunggal, bentuk terompet, diketiak daun, kelopak
bentuk lonceng, berbagi lima, hijau kekuningan, mahkota terdiri dari lima belas
sampai dua puluh daun mahkota, merah muda, benang sari banyak, tangkai sari
merah, kepala sari kuning, putik bentuk tabung, merah. Buah: kecil, lonjong,
diameter ± 4 mm, masih muda putih setelah tua coklat. Biji: pipih, putih. Akar:
tunggang,coklat muda.

Gambar 2.1 Daun
Kembang Sepatu
2.1.4 Zat-zat
yang Dikandung dan Kegunaanya
Bunga kembang sepatu mengandung polifenol,
flavonoida. Akarnya mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan
cleomiscosin C. Daunnya mengandung saponin, polifenol, dan flavonoida. Daunnya
kembang sepatu inilah yang berkhasiat sebagai obat demam pada anak-anak, obat
batuk, dan obat sariawan. Masyarakat Nigeria menggunakan daunnya sebagai penambah
vitalitas pria (aprodisiaka).
2.2 Infusa
Infusa
adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada
suhu 900C selama 15 menit.
Pembuatan:
Campur simplisia dengan
derajat halus yang cocok dalam panci infusa dengan air secukupnya, panaskan di
atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C
sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.
Infusa
daun sena dan infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah
dingin. Infusa daun sena, infusa asam jawa dan infusa simplisia lain yang mengandung
lendir tidak boleh diperas.
Kecuali dinyatakan lain, infusa yang
mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10%
simplisia. (Farmakope Indonesia III, 1979)
2.3 Demam
Demam
merupakan suatu keadaan dimana temperatur tubuh berada pada suhu yang lebih
tinggi dari suhu normal (370C). Suhu tubuh normal pada burung
merpati yaitu 38 - 390C. Demam terjadi karena pusat pengaturan panas
mengalami gangguan. Peningkatan suhu tubuh pada keadaan demam diawali dengan
dilepaskannya pirogen endogen yang mampu memacu pelepasan prostagladin lokal
yang berlebih.
Pada
umumnya demam merupakan gejala yang menyertai hampir semua infeksi tetapi juga
terdapat pada penyakit-penyakit lain seperti beberapa bentuk tumor.
Mekanisme terjadinya demam:
Pirogen
eksogen mula-mula merangsang fagosit untuk membentuk pirogen tubuh sendiri,
yang kemudian melalui peningkatan sintesis prostagladin akan menimbulkan reaksi
kenaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat
sekresi kelenjar keringat. Sehingga terjadi ketidakseimbangan pembentukan dan
pengeluaran panas.
Penyebab demam:
1.
Pirogen
eksogen
a.
Adanya
infeksi
Contoh:
·
Infeksi
saluran kemih (sering buang air kecil disertai rasa nyeri).
·
Abses
gigi (bengkak pada bagian mulut)
b.
Tertularnya
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri atau mikroorganisme lain.
Contoh : influenza
yang disebabkan oleh virus influenza
c.
Zat
kimia yang bersifat toksik
Contoh : 2,4-Dinitrofenol
2.
Pirogen
Endogen
Kelelahan karena kepanasan atau terkena sinar matahari
dalam jangka waktu yang lama, dehidrasi atau stress.
2.4 Antipiretik
Antipiretik adalah obat-obat atau
zat-zat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam. Antipiretik akan
mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh sebagai respon terhadap pirogen
endogen dan mikroba.
Kerja antipiretik adalah dengan
mengembalikan fungsi thermostat keposisi normal dengan cara pembuangan panas
melalui bertambahnya aliran darah ke perifer disertai dengan keluarnya
keringat.
Penurunan suhu tubuh tersebut
adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat kontrol
suhu di hipotalamus.
2.5 Uraian bahan obat
2.5.1 Parasetamol
Parasetamol adalah salah satu diantara
analgetik-antipiretik derivat para aminofenol yang paling banyak digunakan saat
ini.
Sinonim : Acetaminofen
Rumus molekul : C8H9NO2
Bobot molekul : 151,16
Rumus bangun :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa pahit.
Kelarutan :
Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13 bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P, larut
dalam larutan alkali hidroksida
Khasiat : Analgetik dan
antipiretik
(Farmakope
Indonesia. Edisi III)
Parasetamol
mempunyai efek analgetik dan antipiretik baik dalam bentuk tunggal, kombinasi
yang umumnya obat bebas terbatas. Pemakaian utama yaitu untuk menurunkan suhu
tubuh pada saat demam, dimana efek antipiretiknya ditimbulkan oleh gugus almino
dan mekanismenya juga secara sentral pada hipotalamus dengan menghambat sintesa
prostaglandin.
Efek
anti inflamasinya sangat lemah, karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antirematik. Penggunaan parasetamol dan kombinasinya dapat mengakibatkan efek
samping seperti mual, muntah, kerusakan hati dan ginjal. Efek samping seperti
ini terjadi pada penggunaan jangka lama dan dosis besar. Wanita hamil dapat
menggunakan paracetamol dengan aman, juga selama laktasi.
Mekanisme kerja paracetamol:
Paracetamol bekerja menurunkan suhu tubuh di pusat
pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat enzim siklo-oksigenase yang
ebrperan pada sintesis prostaglandin yang merupakan emdia terpenting untuk
menginduksi demam, sehingga keseimbangan hipotalamus tidak terganggu dan suhu
tubuh dapat dipertahankan yang disertai dengan pengeluaran keringat.
2.5.2
2,4 – Dinitrofenol
2,4
– dinitrofenol merupakan senyawa yang sering digunakan dalam eksperimen untuk
menginduksi demam pada hewan percobaan.
Rumus
molekul : (NO2)2C6H3OH
Berat
molekul : 184.11
Pemerian : Merupakan kristal agak
kuning
Kelarutan :
Sulit larut dalam air dingin, larut dalam air hangat dalam CHCl3 dan
larut dalam alkohol dan benzena, larut dalam pelarut alkali.
Kegunaan : - Sebagai racun dan digunakan sebagai peptisida
- Sebagai reagensia untuk
mendeteksi ion K+ dan NH4+
Mekanisme
kerja 2,4-Dinitrofenol:
Senyawa
2,4-Dinitrofenol memacu pelepasan pirogen endogen yang memacu pelepasan
prostaglandin. Pelepasan prostaglandin yang berlebihan akan menggangu
keseimbangan pusat tahu di hipotalamus sehingga suhu tubuh meningkat dan
terjadi demam.
2.6 Hewan percobaan
Dalam melakukan penelitian
tentang pengetahuan obat-obatan sangat dibutuhkan hewan percobaan yang sehat
dan berkualitas. Untuk mendapatkan hewan percobaan yang sehat dan berkualitas
standar maka dibutuhkan beberapa fasilitas dalam pemeliharaannya antara lain:
fasilitas kandang yang bersih, makanan serta minuman yang bergizi dan cukup,
pengembangbiakannya yang terkontrol serta pemeliharaan kesehatan hewan itu
sendiri. Disamping itu harus diperhatikan pula faktor penyakit/lingkungan dan
faktor obat-obatan yang disediakan.
Ada
bermacam-macam hewan yang biasa dijadikan sebagai hewan percobaan baik kelompok
hewan rodent (antara lain: tikus, mencit, tupai dan lain-lain) kelompok hewan
non rodent (antara lain: kelinci, marmut, merpati,monyet, kambing, dan lain-lain).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan merpati sebagai hewan percobaan.
2.6.1 Cara kerja dengan hewan percobaan
1. Perlakuan hewan percobaan
dengan kasih sayang dan jangan disakiti.
2. Kalau ingin menggunakan
kembali hewan percobaan yang telah dipakai mungkin diperbolehkan untuk
menghemat biaya tetapi dapat dipakai lagi setelah 14 hari agar di dalam tubuh
hewan terdahulu obat sudah habis keluar.
3.
Tandai
dengan spidol berwarna pada bagian kaki bagi hewan percobaan (merpati) agar
tidak berulang-ulang pemberian obat pada merpati yang sama, spidol berwarna
lain dipakai untuk merpati selanjutnya.
2.6.2
Merpati
Penelitian
ini menggunakan merpati sebagai hewan percobaan. Merpati (Columba livia) yang digunakan adalah merpati yang sehat.
Ciri ciri merpati yang sehat adalah:
1.
Tingkah
laku merpati lincah.
2.
Matanya
bening.
3.
Bulunya
mulus atau tidak kusut.
Ciri-ciri merpati yang tidak sehat
adalah:
1.
Merpati
menunjukan tingkah laku yang lamban dan malas.
2.
Matanya
sayu, sering memejamkan mata dalam waktu cukup lama.
3.
Bulunya
tampak kusam dan kusut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar